Minggu, 31 Oktober 2010

SAYA MENCINTAI SUAMI


            Mari’ah, itulah nama panggilan Ibu yang  dikaruniai empat orang anak ini, ia tinggal di Rumah Hutan yang berlokasi di bukit Cidampit desa Sayar kecamatan Taktakan Kota Serang, sejak ada program Rumah Hutan bu Mari’ah di pasilitasi  untuk membuat warung di Rumah Hutan, awalnya ia banyak bertanya-tanya dalam hatinya ”Membuat warung di Rumah Hutan siapa yang beli yah ?”, pertanyaan itu terus  menghantuinya ” Laku apa tidak yah ?”,  satu bulan pertama memang belum bagitu ramai, namun ada beberapa strategi yang di mainkan akhirnya keberadaan warung di tengah Hutan akhirnya tercium juga oleh  orang-orang kampung, setiap orang kampung yang akan dan pulang dari kebun selalu mampir di warungnya, ada yang beli rokok, kopi, beras dan lain-lain kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada juga orang  kampung yang sengaja datang ke warungnya Bu Mari’ah, khusus untuk  belanja seperti membeli beras dan minyak sayur.
            Setelah berjalan beberapa bulan dan taman kebun  mulai indah, lapangan bathminton mulai ramai dikunjungi  para warga terutama anak-anak remaja, tempat itu menjadi taman wisata gratis buat warga, bahkan kalau hari libur dan hari minggu ada komunitas sepeda gunung yang selalu mampir ke tempat tersebut, maka semakin ramai saja warungnya Bu Mari’ah.
            Di sela-sela nunggu warung, keseharian Bu Mari’ah dan keluarga adalah  menggarap lahan, menanam pisang, jagung, padi dan palawija lainnya, juga berternak ayam dan kambing. Keterlibatan  keluarga dalam bertani dan berternak merupakan program dari  Rumah Hutan untuk mengurangi jumlah pengangguran terselubung, semuanya bergerak dan bekerja demi masa depan mereka meraih cita-cita yaitu kesejahteraan, cita-cita ini bukan saja buat Ibu Mari’ah, namun cita-cita ini adalah untuk sema anak bangsa yang mengisi alam kemerdekaan, dimana para pendahulu pendiri dan pejuang telah menghantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan, saatnya generasi sekarang untuk mengisi kemerdekaan itu.Tidak harus bekerja ke lar negeri untuk menjadi  pembantu rumah tangga, namun bagaimana bisa hidup di tengah-tengah ladang yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa.
            Bu Mari’ah yang  sangat mencintai Suami, dikaruniai  empat orang anak yaitu : Rasmawati 18 tahun,Rosid 10 th, Nurkholik 5 th dan Bayu 4 bulan, merupakan sosok perempuan yang senang bekerja terutama di ladang yaitu mencangkul, hal inilah yang membuat dia betah tinggal di Rumah Hutan, yang  jauh dari karamaian, tidak ada listrik dan  televisi, sehingga membuat keluarga Mari’ah bisa tidur malam pada jam 19.00 Wib dan bangun jam 05.00 Wib, dengan kondisi fisik yang prima.
            Ada harapan dan cita-cita dalam hidupnya, terutama kepada anak-anaknya, agar menjadi anak yang berbhakti pada kedua orang tua dan sukses di kemudian hari ( by. Kang Didi).



Warung  Bu Mari’ah yang terletak di Rumah Hutan, sekarang sudah banyak pengunjungnya seiring dengan ramainya kujungan ke Rumah Hutan.




Foto : bang Ros

Bu Mari’ah saat menunggu warungnya yang ada di Rumah Hutan, walaupun tidak selengkap indomart, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Rumah Hutan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar