Senin, 01 November 2010

PROFILE RUMAH HUTAN CIDAMPIT

LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
RUMAH HUTAN CIDAMPIT








Alamat :
Bukit Cidampit Kp. Cilandak Desa Sayar Kecamatan Taktakan
Kota Serang Provinsi Banten Tlp/Fax (0254). 200414, 0817891534

Minggu, 31 Oktober 2010

SEMBELIT



Sembelit adalah merupakan suatu gejala dari berberapa penyakit. Penyakit sembelit atau susah berak disebabkan karena terhambatnya perjalanan isi perut oleh beberapa sebab, atau karena sebab dari penyakit lain, seperti; kerja hati dan kandung empedu yang tidak lancar, kejang pada usus besar, kurang makanan berampas biasanya terdapat pada buah-buahan dan sayur-syuran, dan lain sebagainya.
            Pengobatan terhadap sembelit dapat dilakukan dengan bahan tumbuh-tumbuhan yang dapat dijadikan obat ramuan. Reseb ramuan-ramuan tersebut antara lain yaitu::

    1. DURIAN

    Cara pembuatannya:
                Dapatkan kulit buah durian sebesar 2 telapak tangan, di giling atau di tumbuk sampai halus. Setelah halus beri sedikit air bersih dan di aduk.

    Cara pemakaiannya:
                Di tapalkan pada perut, setiap harinya 2 kali. Lakukan sesuai kebutuhan.

    2. PEPAYA

    Cara pembuatanya:

          Ambil satu buah pepaya yang benar-benar telah masak, dikupas dan dicuci bersih lalu diris panjang-panjang atau di potong kecil-kecil.

    Cara pemakaiannya:

          Dijadikan makanan tambahan setelah makan nasi, setiap harinya 2 kali.



                                                             3. A. BENGLE                                      
                                              B. LEMPUYANG
                                              C. JAHE
                                              D. CEKUR

    Cara pembuatannya:

                Ambil bengle 1 jari tangan, lempuyang juga 1 jari tangan, jahe ½ jari tangan dan cekur 1 jari tangan pula. Di cuci bersih dan di tumbuk atau di giling sampai halus, di beri air panas ½ gelas makan, di peras dan di saring.

    Cara pemakaiannya:
                            Di minum setiap harinya 2 kali.


    (Diambil dari buku Ramuan Ampuh  Jamu Pusaka Tradisional Manudar; di susun oleh  Somad Robith Penerbit Pustaka Tinta Mas Surabaya tahun 1995)

    HIKAYAT TANJUNG LESUNG




                Syahdan, pada zaman dahulu kala ada seorang  pengembara dari Laut Selatan bernama Raden Budog. Suatu hari  setelah lelah bermain di tepi pantai, Raden Budog beristirahat di bawah pohon ketapang laut. Angin semilir sejuk membuat Raden Budog  terlena. Perlahan matanya terpejam, dalam tidurnya Raden Budog bermimpi mengembara  ke utara dan bertemu dengan seorang gadis yang sanga cantik. Hati Raden Budog terpesona oleh kecantikannya. Tanpa disadarinya, kakinya melangkah mendekati gadis itu yang tersenyum manis kepadanya. Dilihatnya  tangan gadis itu yang tersenyum  manis keadanya, dilihatnya tangan gadis itu diulurkan  kepadanya. Raden Budog pun mengulurkan tangannya hendak menyambut uluran tangan gadis itu. Tapi betapa terkejutnya dia... seranting kering pohon ketapang mengenai dahinya. Raden Budog  terperanjat dan terbangun dari tidurnya, dengan perasaan kesal diraihnya  ranting itu  dan dibantingnya keras-keras. ” Ranting keparat” gerutunya. ”Kalau  ranting itu  tidak jatuh maka aku bisa menikmati mimpi indahku”.
                Berhari-hari bayangan mimpi itu tidak pernah bisa hilang dari ingatan Raden Budog. Lalu diputuskannya bahwa dia akan pergi mengembara. Raden Budog pun segera  menyiapkan perbekalan untuk pengembaraannya.” Cek...cek...cek..., ketika akan  mengembara, sayang,”  kata Raden Budog mengelus-elus anjing kesayangannya yang melonjak-lonjak dan menggonggong gembira seolah mengerti  ajakan tuannya.
                Raden Budog lalu menghampiri  kuda kesayanganna. ” Kita akan mengembara jauh, sayang. Bersiap-siaplah.” Raden Budog membelai-belai kudanya yang meringkik gembira. Kemudian Raden Budog menyiapkan kuda kesayangannya, berjalan ke arah utara. Di pinggangnya terselip golok panjang yang membuatnya tampak gagah dan perkasa. Sedangkan tas anyaman dari kulit terep berisi persediaan makanan, terselempang di bahunya. Sementara itu anjing kesayangannya berjalan di depan, mengendus-endus  mencari jalan bagi tuannya. Anjing itu kadang menggonggong menghalau bahaya yang mengancam tuannya.
                Lima hari perjalanan telah di tempuhnya. Walaupun bagirtu Raden Budog belum juga mau  turundari kudanya. Dia juga tidak menyadari badannya sudah lemah karena perutnya kosong, begitu pula kudanya. Pikirannya  Cuma terbayang-bayang   pada mimpinya di tepi pantai itu.” Kapan dan di mana aku bisa bertemu gadis itu ? ” gumamnya dalam hati.
                Raden Budog terus memacu kudanya menapaki jalan-jalan  terjal  dan mendaki hingga tiba di Gunung Walang yang sekarang ini menjadi kampung Cimahpa,  kudanya roboh. Raden Budog terperanjat, mencoba menguasai keseimbangannya. Namun  Budog terperanjat, mencoba menguasai keseimbangannya. Namun karena sudah sama-sama lemah, Raden Budog dan kudanya berguling-guling di lereng gunung. Anjing kesayangannya menggonggong cemas meningkahi  ringkikik kuda. Raden Budog segera bangun, sekujur badannya terasa lemah dan nyeri.
                Sejenak raden Budog istirahat di Gunung Walang. Dia memuka bekalnya dan makan dengan lahap. Sementara itu kudanya mencari rumput segar sedangkan anjingnya berlarian kian kemari memburu mangsanya, seekor burung gemak yang berjalan di semak-semak.
                ” Ayo kita berangkat lagi !” Raden Budog berteriak  memanggil kuda dan anjingnya. Namun dilihatnya pelana kuda itu ternyata telah robek. Dengan terpaksa Raden Budog menanggalkan  pelana itu dan memutuskan untuk meneruskan perjalanannya dengan berjalan kaki karena dia tidak bisa menunggang kuda tanpa pelana . Mereka  terus melangkah hingga tibalah di suatu tempat yang tinggi. Tali Alas namanya yang sekarang disebut pilar. Dari tempat inilah Raden Budog dapat melihat laut yang biru membentang dengan pantainya yang indah.
                Raden Budog kemudian melanjutkan perjalanan ke pantai Cawar. Begitu sampai di pantai yang indah itu Raden Budog segera berlari dan terjun ke laut, berenang renang gembira. Perjalanan  yang melelahkan itu seolah lenyap oleh segarnya air pantai Cawar. Di muara sungai Raden Budog membilas tubuhnya, lalu dicarinya kuda dan anjing kesayangannya untuk meneruskan pengembaraan.
                ” Ayo kita berangkat lagi !” seru raden Budog ketika diam saja seolah tak peduli ajakan tuannya. Raden Budog merasa heran. ” Cepat berdiri ! Ayo kita berangkat !” seru Raden Budog lagi. Tapi kedua binatang itu tetap duduk saja, tak bergerak sedikitpun. Anjing dan kuda itu tetap tampak sangat kelelahan setelah  menempuh  perjalanan  panjang , sehingga sekedar untuk berdiri pun tak sanggup lagi.
                ” Aku harus segera menemukan gadis pujaanku. Kalau kalian tidak mau menuruti  perintahku dan tetap diam seperti karang, akan kutinggalkan kalian di sini!” teriak Raden Budog sambil meneruskan perjalanan, meninggalkan anjing dan kuda kesayangannya. Namun kedua binatang itu tetap tidak bergeming dan menjelma menjadi karang. Sampai sekarang di pantai Cawar terdapat karang  yang menyerupai kuda dan anjing sehingga disebut Karang Kuda dan Karang Anjing.
                Maka Raden Budog melanjutkan pengembaraannya seorang diri. Dalam benaknya telah ada kesayangan lain yang  ingin segera ditemukannya. Gadis pujaan yang muncul dalam mimpinya itu benar-benar memenuhi benaknya, sehingga goloknya pun tertinggal di Batu Cawar. Kini Raden Budog hanya membawa tas dari kulit tetep beserta batu asah di dalamnya. Sesampainya di Legon Waru, Raden Budog kembali merasakan kelelahan. Sendi-sendi tubuhnya terasa lunglai. Tapi  Raden Budog melangkah dengan sisa tenaganya.
                ” Benda ini rasanya sudah tak berguna, hanya memberati pundaku saja. Lebih baik kutinggalkan saja di sisi,”gumam Raden Budog. Diambilnya batu asah itu dari dalam tasnya dan diletakkannya di tepi jalan. ”Biarlah batu ini menjadi kenangan,” gumamnya lagi. Demikianlah, sampai saat ini di Legon Waru  terdapat sebuah karang yang dikenal denan Karang Pengasahan.
                Berhari-hari   Raden Budog terus mengembara menyusuri pesisir pantai. Wajah gadis yang menghiasi  mimpinya memenuhi pikirannya sepanjang perjalanan, menyalakan semangat dalam dadanya. Rasa bosan, lelah dan letih dan dihiraukannya. Juga pakaiannya yang mulai lusuh dan badannya yang berdebu. Suatu ketika, hujan turun dengan derasnya. Raden Budog berlindung di bawah pohion. Dari balik pasir, tiba-tiba berhamburanlah penyu-enyu besar dan kecil menuju laut. Penu-penyu it seakan  gembira menyambut hujan . Tempat itu kini dikenal dengan nama Cipenyu. Sesat kemudian  Rtaden Budog melanjutkan perjalanannya setelah mengambil daun pohon lengkap yang dijadikannya sebagai  payug agar tidak kehujanan.
                Namun hujan terus melebat, tidak ada pertanda akan reda. Mendung tampak semakin menghitam dan bergerak dari selatan menuju utara.”Mudah-mudahan ada gua disekitar sini. Aku harus berlindung dan beristirahat sejenak,” gumam Raden Buldog. Dana betapa gembiranya. Raden Buldog  ketika dilihatnya sebuah bukit karang yang menjorok. Raden Budog pun  mempercepat  langkah dfan masuk ke dalam gua. Ditutupnya pintu  gua dengan daun langkap sehingga gua itu pun menjadi gelap gulita.
                Beberapa saat Raden Budog beristirahat melepas lelah sambil menunggu hujan reda. Tapi raden Budog merasa tidak nyaman berada dalam gua yang  gelap gulita itu. Dibukanya  daun langkap  yang menutupi pintu gua. Seberkas sinar menerobos masuk. Ternyata hujan telah reda. Raden Budog pun keluar dan ditutunya kembali  mulut gua itu dengan daun langkap. Sampai saat ini pintu gua itu tetap tertutup daun lengkap yang membantu dan dikenal dengan nama  Karang Meumpeuk
                Tidak jauh dari Karang Meungpeuk, tibalah  Raden Budog pada sebuah muara sungai yang airnya sangat deras. Hujan  yang baru saja turun memang sangat lebat, sehingga tidak  mengherankan  jika sungai-sungai menjadi banjir. Raden Budog terpaksa menghentikan perjalanannya dan duduk di atas batu memandangi air sungai  yang meluap. Sayup-sayup terdengar bunyi lesung dari seberang  sungai. Hati Raden Budog berdebar dipenuhi rasa sukacita. Dia merasa yakin, diseberang sungai terdapat kampung tempat tinggal gadis pujaannya yang selama ini di cari. ” Dasar kali banjir!”  gerutu Raden Budog  tak sabar menunggu banjir surut. Tempat in sampai sekarang terkenal dengan Kali Caah  yang berarti kali banjir.
                Karena sudah tidak dapat menahan sabar, akhirnya  Raden Budog menyebrangi  sungai itu walaupun dengan susah payah dan  harus mengerahkan seluruh tenaganya. Di pintu masuk kampung. Raden Budog beristirahat, mengitarkan pandang ke arah kampung, hatinya mulai merasa tenang karena merasa akan segera bertemu dengan gadis yang dimimpikannya.
                Di kampung itu tinggallah seorang janda bernama Nyi Siti yang memiliki seorang anak gadis  yang sangat cantik, Sri Poh Haci namanya. Setiap hari Sri Poh Haci membantu ibunya menumbuk padi menggunakan lesung yang dipukul-pukulnya itu menimbulkan suara yang sangat merdu dan indah. Oleh sebab itu, setiap kali selesai menumbuk padi, Sri Poh Haci tidak segera berhenti, tapi terus memukul- mukul  lesung itu sehingga terangkailah nada yang merdu dan enak di dengar. Dimulai dari sinilah akhirnya banyak gadis kampung yang berdatangan ke rumah Nyi Sri untuk ikut memukul lesung bersama Sri Poh Haci.
                Kebiasaan memukul lesung akhirnya menjadi tradisi kampung itu. Sri Poh Haci merasa gembira dapat menghimpun gadis-gadis kampung  bermain lesung. Permainan ini oleh Sri Poh Haci diberi nama Ngagondong, yang kemudian dijadikan acara rutin setiap akan menana, padi maupun saat panen. Bahkan juga pada waktu hajatan atau akan menyimpan padi. Tapi pada setiap  hari jum’at dilarang membunyikan lasung, karena hari jum’at adalah hari yang keramat bagi kampung itu.
                Raden Budog yang sedang beristirahat di pintu masuk kampung kembali mendengar bunyi lesung yang mengalun ke arah sumber bunyi-bunyian itu. Bunyi lesung terdengar semakin keras. Di dekat sebuah rumah, dilihatnya gadis-gadis kampung sedang bermain lesung. Tangan mereka begitu lincah dan trampil  mengayunkan alu ke lesung, membentuk  nada-nada  mempesona, tapi yang lebih mempesonakan Raden Budog adalah seorang gadis semampai yang cantik jelita, gadis itu  mengayunkan tangannya sekaligus memberi aba-aba pada gadis-gadis lain. Rupanya gadis itu  adalah  pemimpin dari kelompok  gadis-gadis yang sedang bermain lesung itu.
                Merasa ada yang memperhatikan, gadis itu, Sri Poh Haci, memberikan isyarat kepada gadis-gadis lainnya untuk menghentikan permainan. Gadis-gadis  itupun  bergegas pulang ke rumah masing-masing. Begitu pula Sri Poh Haci. Di dalam rumah, ibunya bertanya kepada Sri Poh Haci, mengapa permainannya hanya sebentar. Sri Poh Haci lalu menceritakan  bahwa di luar ada seorang lelaki tampan yang belum pernah dilihatnya. ”Laki-laki itu memperhatikanku terus. Aku jadi malu, Bu....,” kata sri Poh Haci.
                Sesaat kemudian, terdengar suara ketukan pintu.
                ” Sampurasuun”.
                ”Rampes, ” Jawab Nyi Sri Siti sraya berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan. Dilihatnya seorang pemuda yang gagah lagi tampan berdiri di depan pintu.
                Belum sempat Nyi Siti berbicara, pemuda itu sudah mendahului membuka suara. ”Maaf mengganggu. Bolehkah saya menginap di rumah ini ?”
                Nyi Siti tentu saja kaget mendengar permintaan dari orang yang tak dikenalnya. ”Kisanak ini siapa ? dari mana asalnya ?, mengapa pula hendak menginap di sini ? Saya belum kenal dengan Kisanak,” kata Nyi Siti.
                Oh, ya maaf, saya  belum  memperkenalkan  diri. Nama saya raden Budog. Saya seorang pengembara, saya tak punya tempat tinggal. Kebetulan saya sampai di kampung ini, dan kalau diperbolehkan saya ingin menginap di sini,” jelas Raden Budog.
                ”Maaf, Kisanak. Saya seorang janda dan tinggal dengan anak peempuan saya satu-satunya. Saya tidak berani  menerima tamu laki-laki, apalagi sampai menginap, ” jawab Nyi Siti dengan tegas dan segera menutup pintu.
                Hari sudah mulai gelap. Rasen Budog yang merasa  kesal oleh kejadian yang baru saja dialaminya berjalan menju bale-bale bambu di dekat rumah Nyi Siti.  Dia  pun bermimpi  diijinkan  menginap di rumah itu . Bukan oleh Nyi Siti  yang menyebalkan itu, tapi oleh seorang gadis cantik yang dia temui dalam mimpinya di pantai selatan, gadis yang tadi dilihatnya sedang bermain gondang. Ah betapa senagnya hati Raden  Budog.
                Namun begitu cepat waktu berlalu. Matahari mulai muncul  di ufuk timur. Raden Budog terbangun, mengusap-usap matanya  yang masih mengantuk. Hidungnya mencium  wangi kopi yang menyegarkan. Kemudian dilihatnuya seorang gadis  cantik yang menyuguhkan  segelas kopi di sampingnya.
                ” Minum dulu kopinya, Raden.” kata gadis itu. ” Kamu siapa ? Dari mana kamu tahu namaku ?  tanya Raden Budog, walau sesungguhnya dia tahu bahwa gadis itu pastilah anak Nyi Siti.
                ”Namaku  Sri Poh Haci, anak Nyi Siti.”
                Hari berganti hari, kedua insan itu pun jatuh cinta. Nyi Siti sebenarnya tidak setuju bila anaknya dipinang oleh orang yang tidak diketahui asal usulnya, apalagi orang itu kelihatannya keras kepala. Tapi Nyi Siti juga tidak ingin mengecewakan hati Sri Poh Haci, anaknya yang semata wayang itu. Akhirnya Raden Buldog  menikah dengan Sri Poh Haci . Kesenangan Sri Poh Haci menabuh   lesung tetap dilanjutkan  bersama gadis-gadis kampung, bahkan Raden Buldog  sendiri menjadi sangat mencintai  bunyi lesung dan  turut memainkannya. Hingga suatu ketika, terjadilah peristiwa yang tidak diinginkan sama sekali oleh penduduk kampung itu, karena sangat senangnya terhadap bunyi lesung, Raden Budog yang keras kepala itu setiap hari tidak mau berhenti menabuh lesung.
                Hari itu hari jum’at, Raden Budog kembali hendak menabuh lesung.Para tetua kampung memperingatkan  dan melarang Raden Buldog, tapi Raden Buldog tidak perduli dan tetap  manabuh lesung. Dengan    hati girang dan besemangat, Raden Budog erus menabuh lesung seraya melompat lompat kian kemari ” Lihat..lihat !  Ada lutung memukul lesung ! Ada ltung memukul lesung !” Penduduk kampung berteriak-teriak melihat seekor lutung sedang memukul-mukul lesung.
                Raden Budog terperanjat mendengar teriakan-teriakan itu.Dia melihat ke sekujur tubuhnya. Betapa  kagetnya dia setelah melihat tangannya  penuh  bulu. Begitu pula kakinya. Dirabanya mukanya yang juga telah ditumbuhi bulu. Raden Budog pun lari terbirit-birit masuk ke dalam hutan di pinggir kampung itu. Raden Budog menjadi lutung. Penduduk kampung itu menamainya Lutung Kasarung.
                Sri Poh Haci sangat malu mendengar kejadian itu. Diam-diam  dia pergi meninggalkan kampung. Konon Sri Poh Haci  menjelma menjadi Dewi Padi. Demikianlah ceritanya, kampung itu pun terkenal dengan sebutan Kampung Lesung dan karena letaknya di sebuah tanjung, orang-orang  kemudian  menyebutnya  Tanjung Lesung.  (Ditulis Oleh : Suharyanto) diambil dari  buku Cerita Rakyat Banten yang diterbitkan oleh : Dinas Pendidikan Provinsi Banten.
      

    DEBUS



                Kata Debus, mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita, karena seni budaya debus sudah ada sejak jaman dulu, ketika jaman kesultanan Banten, dan kesenian ini sering di tampilkan ketika ada acara-acara  seperti acara perkawinan/hajatan, dan pertunjukan-pertunjukan lainnya biasanya  kalau ada tamu dari luar Banten.
                Beberapa antraksi permainan Debus yang biasa ditampilkan adalah seperti ; membacok tangan, menggorok leher,  menggorek kerupuk di kepala, menggunakan al-Madad, yaitu paku besar yang ditusukan ke perut, menusuk lidah dengan jarum dan lain-lain.
                Permainan Debus ini pernah dipermasalahkan oleh kalangan ulama  di Banten, dan  pernah di fatwakan haram, namun polemik ini tidak berlangsung lama karena ada beberapa permainan yang dibolehkan,  yang diharamkan adalah permainan yang mengandung unsur syirik, yiatu yang mengundang unsr-unsur halus, terlepas dari beberapa  polemik yang terjadi, Debus adalah sebuah permainan yang diciptakan dari akar budaya  bangsa yang kelestarian dan kelangsungannya perlu di pertahankan sebagai asset bangsa.
                Dunia persilatan di Banten  memang tidak asing lagi, hampir di tiap-tiap perkampungan ada perguruan silat dari berbagai aliran, seperti aliran Cimande yang terkenal dengan  TTKKDH, Perguruan silat atau sering disebut peguron seiring dengan perkembangannya, ia berkembang terus menyesuaikan  dengan jaman, hal ini memang karena persilatan terus di pelihara terutama di sekolah-sekolah, perkantoran dan lain-lain, sehingga kebudayaan ini tidak tergerus oleh jaman, seperti persilatan yang tumbuh dan terus berkembang di Banten, diantaranya adalah : Persilatan Terumbu, Macan Guling, Budi Suci, Paku Banten dan lain-lain. Dan dari beberapa organisasi kemayarakatan seperti Muhammadiyah, Nahdhatul Ulama juga mempunyai perguruan silat tersendiri yaitu kalau di Muhammadiyah di kenal dengan perguruan Tapak Suci dan di Nahdhatul Ulama terkenal dengan perguruan silat Pagar Nusa.     
                Kreatifitas permainan debus sekarang sudah tidak lagi monoton dalam antraksinya, yakni sudah di kaloborasi dengan berbagai tarian seperti tarian rampak beduk diselipkan beberapa antraksi debus seperti memadam api dengan mulut, al-Madad, menusukan jarum besar ke kulit atau ke lidah  dan lain-lain.

    PENDAHULUAN


    Kepulaun Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke merupakan asset pembangunan yang sangat potensial, kekayaan bangsa Indonesia sangat luar biasa kaya, segala potensi yang dimiliki bangsa Indonesia sangat cukup banyak, baik daratan maupun lautan, namun dalam pengelolannya sangat minim, sehingga banyak  kekayaan bangsa  yang begitu besar,  namun  tidak mampu untuk mempekerjakan rakyatnya, hal ini bisa dilihat dari angkatan kerja yang tiap tahun meningkat, dan kecendrungan rakyat Indonesia untuk kerja keluar negeri sangat banyak untuk  menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) atau Tenaga Kerja Indonesia (TKI), ini karena lahan pekerjaan di dalam negeri masih dirasakan minim dan kurang, sehingga tidak mampu menampung angkatan kerja yang tiap tahun meningkat sementara perkembangan perusahaan-perusahaan yang ada  tidak mampu mengimbangi angkatan kerja yang begitu banyak.

    Pengangguran bukan persoalan kecil, karena banyaknya pengangguran akan mengakibatkan pada angka kriminalalitas  yang tinggi, dan akan terjadi ketidakstabilan pada faktor keamanan dan kenyamanan kehidupan masyarakat, dan ini sangat berbahaya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

    Bangsa Indonesia sebagai Negara agraris yang  berbasis pada pertanian, mestinya diperkuat kembali agar jati diri bangsa terangkat kembali, potensi sumberdaya manusia dan sumberdaya alam Indonesia harus terus digali dan dikerahkan untuk membangun bangsa melalui pertanian, sehingga jangan sampai terjadi bahwa Negara agraris tapi hasil pertanian masih di impor dari luar.

    Industri yang telah dibangun harus terus dipertahankan dan dikembangkan sebagai asset pembangunan, namun industri pertanian jangan sampai ditinggalkan, karena lahan yang luas merupakan asset untuk menampung tenaga kerja produktif. Beragam jenis pertanian  pada jaman Belanda, bangsa Belanda banyak mengambil hasil pertanian dari Indonesia dan bisa di lihat sampai sekarang hasil peninggalan Belanda seperti Perkebunan teh yang ada di Puncak- Bogor,  sekarang menjadi perkebunan Nusantara. Banyaknya perkebunan-perkebunan yang dikelola oleh perusahaan-perusahaan besar, merupakan sarana untuk menampung tenaga kerja, disamping itu pula sangat di pandang perlu untuk memberikan keahlian kepada para  petani muda agar lebih memahami ilmu-ilmu pertanian.

    Generasi muda yang ada di pedesaan sekarang sudah tidak gairah lagi untuk menjadi seorang petani, karena yang ada dalam benak generasi muda sekarang adalah manjadi seorang petani merupakan profesi yang tidak menguntungkan, petani kehidupannya miskin dan  kotor, yang  padahal apa yang dimakan oleh kita 90 % dari hasil pertanian, sebenarnya profesi petani merupakan profesi yang amat mulia dan agung, karena petani mampu memberikan asupan makanan  bagi manusia.

    Rumah Hutan Cidampit menawarkan sebuah konsep pertanian yang sangat sederhana dan pernah dilakukan oleh  para  nenek moyang kita, yaitu bertani untuk makan sendiri, dan kalau ada lebih boleh di jual, hal ini masih dilakukan oleh orang-orang baduy,  suku pedalaman di Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Petani yang sederhana hidup tidak berlebihan namun berkecukupan pangan merupakan petani yang bahagia, ia masih melihat padi dalam lumbung yang tidak habis-habis dan ternak yang berkeliaran di kebun, tanaman pisang yang selalu berbuah tanpa musim, pohon durian yang menjulang tinggi yang setiap tahun memberikan rejeki, begitu  juga dengan tanaman-tanaman lain, sehingga rasa bahagia dan ketenangan dalam jiwa para petani.
                                                                                                     
    Bangsa yang mandiri adalah karena rakyatnya mandiri, tidak mungkin kita mengatakan bangsa Indonesia adalah bangsa yang mandiri namun rakyatnya kelaparan, kekurangan gizi dan mencari pekerjaan keluar negeri, impor beras dari luar Negeri, kalau ini masih terjadi bangsa ini jauh dari nilai-nilai kemandirian.

    MARNO, TUTOR PANDAI BERTANI



                Marno, namanya cukup singkat namun tidak sesingkat perjalanan hidupnya lelaki kelahiran Gunung Kidul Jogjakarta, 19 Juni 1969 ini, pernah menjadi sopir dan pernah  gagal dalam mengelola ternak ayam, namun  ia tidak patah semangat untuk terus berkarya dan berjuang, Pria yang hobi bertani dan membaca  ini walaupun pendidikannya tidak  sampai  sarjana,  namun ia sering mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pertanian, sehingga ilmunya tidak kalah dengan seorang sarjana pertanian, maklum ia pernah mengikuti hampir  40 kali pelatihan pertanian baik yang selenggarakan oleh Dinas Pertanian maupun oleh pihak swasta.
                Sejak bergabungnya pak Marno di Rumah Hutan, banyak kemajuan yang dialami oleh Rumah Hutan diantara adalah dalam mengelola penyakit pisang, dimana sebelumnya pisang-pisang yang ada di Rumah Hutan pada kena penyakit, sehingga buah pisang pada hitam dan daun-daunya menjadi layu. Dengan sistem  pembibitan yang  baik  dan pemupukan yang sempurna, kini pisang-pisang yang ada di Rumah Hutan menjadi tambah subur dan tumbuh dengan baik.
                Keseharian pak Marno sekarang hanya mengurusi tanaman yang ada di Rumah Hutan, baik tanaman palawija maupun tanaman keras lainnya seperti duren, petai, cempedak dan lain-lain. Mengamati tanaman baginya adalah sesuatu yang membahagiakan karena mengurus tanaman seperti merawat atau mengurus anak, harus di kasihi dan  di sayangi, ketika tanaman kurang air, maka ia harus cepat-cepat di siram agar tidak layu dan kering, dan ketika rumput-rumput mulai tumbuh disekitar tanaman harus segera di bersihkan, sehingga tidak mengganggu tanaman.
                Pria yang beristrikan Suarsih yang dikaruniai anak 4 (empat) ini keseharianya di temani cangkul dan golok, baginya kalau ada tanaman yang tidak bagus dan tidak berbuah dengan baik membuatnya  penasaran, apa yang terjadi pada tanaman tersebut, sehingga pikiran dan tenaganya di fokuskan pada tanaman yang di urusinya. 
                Pada saat  diluncurkannya program Pemberantasan Buta Aksara, pada masyarakat sekitar Rumah Hutan, ia pun dilibatkan menjadi tutor, ”Mengajari Ibu-ibu yang belum bisa baca dan nulis merupakan pekerjaan yang harus sangat sabar dan tekun, karena terkadang ketika belajar, ada anak Warga Belajar (WB) yang menangis dan lari-lari, sementara Ibu-ibu harus konsen belajar” Aku pak Marno saat wawancara  dengan redaksi di Rumah Hutan.
                Ketika ditanya soal tehnis pemebelajaran pak Marno mengatakan bahwa: ”Dalam pembelajaran dilakukan secara fleksibel saja, kadang diselenggarakan di Rumah Hutan, terkadang juga di kampung Cilandak”, karena memang pak Marno kebagian tugas di kampung Cilandak, dan 40 Warga belajar berada di kampng bojong dan 30 warga belajar berada di kampung Cilandak, disela-sela pembelajaran terkadang pak Marno suka di tanya tentang persoalan pertanian, seperti bagaimana cara pemupukan pisang  yang baik, menanam paliwaja dan lain-lain sekitar pertanian.
                Pria yang suka makan sayur asem ini mempunyai harapan terhadap kampung halamannya, ia ingin sekali meningkatkan produksi pangan, sehingga masyarakat tidak lagi merasa kekurangan terhadap kebutuhan pangan baik itu beras mapun lainnya. Konsep multi pangan yang di kembangkan di Rumah Hutan merupakan  kosep yang sangat baik untuk masyarakat, karena dengan kecukupan pangan hidup akan tenang dan rukun, disamping itu pula dengan ketenangan hidup, maka manusia bisa mengembangkan kreasi lainnya, seperti dalam berkesenian dan kerajinan.   

    RUMAH HUTAN TEMPAT FAVORIT BAGI PECINTA SEPEDA GUNUNG


                Menyusuri jalan setapak, terjalnya jalan pegunungan bukanlah pengahalang bagi para pecinta sepeda gunung, sepertinya  semakin banyak tantangan  semakin asik untuk di jelajah  apalagi jalan menuju Rumah Hutan, bukan saja jalannya yang terjal namun jalanya bekas kaki kerbau, sehingga banyak lobang, dan  kalau di lalui oleh sepede terasa di banting-banting namun justru itu lebih  menantang dan menambah enjoy saja dalam bersepeda. Komunitas sepeda ini diikuti dari berbagai kalangan, baik dari kalangan pengusaha, karyawan perusahaan baik perusahaan pemerintah atau swasta, dari kalangan eksekutif bahkan ada juga dari kalangan legislatif dan yudikatif, mamang sepedanya pun bukan sepeda biasa akan tetapi sepeda yang digunakan adalah sepeda yang dirancang khusus untuk naik gunung, jangan tanya harganya berapa yang jelas pasti mahal, namun ukuran mahal dan tidak adalah relatif.
                Hobi bersepeda adalah hobi yang sangat baik untuk kesehatan, terutama untuk pergerakan jantung, dimana pemerintah permah mengkompanyekan naik sepeda untuk kesehatan,  bahkan di Jakarta ada beberapa karyawan kantor  berangkat dan pulang kantor dengan menaiki sepeda, disamping hemat juga sehat. Di Jogjakarta adalah kota yang sangat terkenal dengan sepedanya, dari anak-anak sekolah, karyawan dan umum, hampir menaiki sepeda,namun itu dulu, sekarang sudah tergantikan dengan sepeda motor, yang  lebih cepat gerakannya dan tidak berkeringat ketika di naiki, atau mungkin sepeda motor harganya sudah terjangkau oleh masyarakat luas, sehingga masyarakat cendrung beralih kepada sepeda motor, atau mungkin karena angkutan umum kurang memadai, sering penuh sesak atau juga sering ngetem, sehingga suka terlambat ke tempat tujuan, masih banyak persoalan tentang transfortasi yang ada di kita, sehingga perlu pembenahan di sana sini, terlebih di Kota serang sangat membingungkan  terutama bagi pendatang yang baru pertama kali ke Kota Serang, tidak ada rute yang pasti, sehingga untuk menuju ke tempat jutuan sering di ajak mutar-mutar dulu, dan ini membuat kesal para penumpang, itulah realitas yang di hadapi di Kota Serang.
                Tranfortasi sepeda adalah alternatif untuk mengurangi volusi, dimana  di kota-kota besar tingkat volusinya cukup tinggi, belum lagi dari asap pabrik yang tidak pernah  berhenti mengeluarkan asap, sehingga dunia yang kita rasakan sekarang begitu  panas, hal ini akibat volusi udara yang tidak bisa di bendung, mamasyarakat bersepeda merupakan hal yang sangat positi, namun adakah  masyarakat dan pemerintah mau bersama-sama bersepeda kembali, seperti memutar arah jam, kembali ke tempo dulu, sementara masyarakat semakin modern ?, sulit memang kelihatannya, namun apa salahnya untuk di coba, demi keselamat penghuni dunia terlebih bagi anak-anak yang belum lahir, karena dunia ini adalah titipan bagi generasi  yang akan  datang.



    Nampak beberapa pencinta sepeda Gunung sedang istirahat, setelah seharian menjelajah  pegunungan yang ada di sekitar kabupaten dan Kota Serang

    KABID PNFI KOTA SERANG KUNJUNGI RUMAH HUTAN


                 Minggu 3 Januari 2010, Kepala Bidang program Pendidikan Non Formal dan Informal  Bapak Nursalim beserta Kepala Seksi PNFI bapak Oman Sholihin dan Ibu Yoyo dari PKK Kota serang  mengunjungi Rumah Hutan, didampingi oleh Sekretaris LPm Rumah Hutan yaitu bapak Iip, setibanya di Rumah Hutan  sambil melihat-lihat pemandangan dan pertanian di Rumah Hutan, rombongan beserta pengurus Rumah Hutan yaitu Bapak Liem Oei Ping dan Rosadi  berdiskusi sekitar pengembangan program Rumah Hutan baik telah, sedang dan akan di laksanakan, pak Omen Kasi PNFI mengemukaan bahwa : ” Program Rumah Hutan ke depan harus di desain dengan baik terutama  dalam penataan dan pemanfaatan sarana dan prasarana yang ada di Rumah Hutan, dimana Rumah Hutan nanti harus dijadikan laboratorium alam, sehingga ketika dikunjungi baik oleh anak-anak sekolah atau umum, sudah  tersedia sarana prasarana yang memadai, baik tentang pendidikan pertanian, peternakan, kerajinan, perdagangan  dan lain-lain, sehingga Rumah Hutan menjadi sebuah model pendidikan non Formal yang alami”.
                Ungkapan pak Oman ini langsung di timbal oleh pak Kabid Nursalim :” pak Rosadi...” sambil melihat wajah pak Rosadi ” ia pak Nur” timbal pak Rosadi, lalu ia meneruskan ceritanya ” di Pontang ada rawa-rawa yang terlantar bertahun-tahun tidak di manfaatkan oleh penduduk sekitar, ketika ada orang jawa datang, lalu tempat itu di beli, awalnya rawa-rawa itu dibersihkan, setelah bersih rawa-rawa tersebut ditanami ikan lele awalnya memang kurang begitu baik setelah berjalan  beberapa bulan, hasil panen lelenya jadi baik dan ikannya besar-besar”, pak Kaibid cerita dengan mimik serius  lalu ia meneruskan ceritanya, ” sehingga  penduduk sekitar keheran-heranan, lalu pendduk mencontohhnya, cerita menggambarkan bahwa penduduk itu tidak bisa hanya di cerami dalam  mengelola sesuatu harus di berikan contoh dulu, baru mereka bisa percaya”, sambung  pembicaraannya.
                ” Memang Rumah Hutan ini, memberikan contoh buat para petani disekitar, agar mereka mencontoh bagaimana cara bertani dengan baik, terutama syarat utama adalah bermukim dulu, dengan bermukim  ketika ia termenung lalu tergerak hatinya untuk melakukan sesuatu dan tiap hari pasti ia akan berfikir tentang tanaman yang ada di sekitar rumahnya”, timbal pak  Iping.
                Diskusi yang tidak mengambil tema khusus itu dan tidak memakai mederator terasa cepat sekali,  karena di dukung oleh udara yang waktu terasa sejuk dengan semilir angin pegunungan. Setelah banyak diskusi tentang Rumah Hutan, terkadang tema diskusi beralih alih ke politik dan kehidupan masyarakat bangsa Indonesia yang banyak kerja ke Luar Negeri. Hari agak sore, langit mulai gelap waktu pukul 16.15 rombongan pak Kabid bergegas pamit untuk pulang, namun pak Iping mencegahnya karena  telah disiapkan makan, walaupun makannya tidak seperti di lestoran besar hanya alakadarnya, dengan sayur dan Ikan asin, telor dan sarden, rasanya nikmat sekali, mungkin karena sudah lapar atau memang kalau di kebon rasanya enak saja. Setelah makan sore, rombonganpun pulang menelusuri jalan setapak menuju kampung Cilandak, karena mobil parkirnya di Kampung Cilandak.








    Foto






    Nampak Kabid PNFI Bapak Nursalim (kanan) memakai kaos belang. Iip (tengah) memakai topi, Liem  Oei Ping  dan Bu Yoyo memakai kerudung, lagi berdiskusi tentang Program Rumah Hutan   ke depan  dengan segala potensi yang dimiliki

    SAYA MENCINTAI SUAMI


                Mari’ah, itulah nama panggilan Ibu yang  dikaruniai empat orang anak ini, ia tinggal di Rumah Hutan yang berlokasi di bukit Cidampit desa Sayar kecamatan Taktakan Kota Serang, sejak ada program Rumah Hutan bu Mari’ah di pasilitasi  untuk membuat warung di Rumah Hutan, awalnya ia banyak bertanya-tanya dalam hatinya ”Membuat warung di Rumah Hutan siapa yang beli yah ?”, pertanyaan itu terus  menghantuinya ” Laku apa tidak yah ?”,  satu bulan pertama memang belum bagitu ramai, namun ada beberapa strategi yang di mainkan akhirnya keberadaan warung di tengah Hutan akhirnya tercium juga oleh  orang-orang kampung, setiap orang kampung yang akan dan pulang dari kebun selalu mampir di warungnya, ada yang beli rokok, kopi, beras dan lain-lain kebutuhan sehari-hari. Bahkan ada juga orang  kampung yang sengaja datang ke warungnya Bu Mari’ah, khusus untuk  belanja seperti membeli beras dan minyak sayur.
                Setelah berjalan beberapa bulan dan taman kebun  mulai indah, lapangan bathminton mulai ramai dikunjungi  para warga terutama anak-anak remaja, tempat itu menjadi taman wisata gratis buat warga, bahkan kalau hari libur dan hari minggu ada komunitas sepeda gunung yang selalu mampir ke tempat tersebut, maka semakin ramai saja warungnya Bu Mari’ah.
                Di sela-sela nunggu warung, keseharian Bu Mari’ah dan keluarga adalah  menggarap lahan, menanam pisang, jagung, padi dan palawija lainnya, juga berternak ayam dan kambing. Keterlibatan  keluarga dalam bertani dan berternak merupakan program dari  Rumah Hutan untuk mengurangi jumlah pengangguran terselubung, semuanya bergerak dan bekerja demi masa depan mereka meraih cita-cita yaitu kesejahteraan, cita-cita ini bukan saja buat Ibu Mari’ah, namun cita-cita ini adalah untuk sema anak bangsa yang mengisi alam kemerdekaan, dimana para pendahulu pendiri dan pejuang telah menghantarkan ke pintu gerbang kemerdekaan, saatnya generasi sekarang untuk mengisi kemerdekaan itu.Tidak harus bekerja ke lar negeri untuk menjadi  pembantu rumah tangga, namun bagaimana bisa hidup di tengah-tengah ladang yang diciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa.
                Bu Mari’ah yang  sangat mencintai Suami, dikaruniai  empat orang anak yaitu : Rasmawati 18 tahun,Rosid 10 th, Nurkholik 5 th dan Bayu 4 bulan, merupakan sosok perempuan yang senang bekerja terutama di ladang yaitu mencangkul, hal inilah yang membuat dia betah tinggal di Rumah Hutan, yang  jauh dari karamaian, tidak ada listrik dan  televisi, sehingga membuat keluarga Mari’ah bisa tidur malam pada jam 19.00 Wib dan bangun jam 05.00 Wib, dengan kondisi fisik yang prima.
                Ada harapan dan cita-cita dalam hidupnya, terutama kepada anak-anaknya, agar menjadi anak yang berbhakti pada kedua orang tua dan sukses di kemudian hari ( by. Kang Didi).



    Warung  Bu Mari’ah yang terletak di Rumah Hutan, sekarang sudah banyak pengunjungnya seiring dengan ramainya kujungan ke Rumah Hutan.




    Foto : bang Ros

    Bu Mari’ah saat menunggu warungnya yang ada di Rumah Hutan, walaupun tidak selengkap indomart, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar Rumah Hutan

    RUMAH HUTAN KEMBANGKAN PELATIHAN MENJAHIT


                Konsep dasar dari RUMAH HUTAN  adalah  kemandirian petani agar bisa  sejahtera di ladang dan tidak ada ketergantungan terhadap pasar, dengan menanam tanaman multi pangan atau berbagai jenis tanaman, disaat masa tunggu tanaman panen datang dan di sela-sela istirahat setelah seharian bekerja di ladang,para penghuni  dan warga sekitar Rumah Hutan kini berkesempatan untuk melatih diri dalam bidang jahit menjahit, walaupun mesin jahitnya baru satu unit, namun secara bergantian mereka belajar cara menjahit dan memotong bahan.
                Awalnya mereka begitu kaku dalam mengoprasionalkan mesin jahit, untuk menggerakan rodanya saja agar jalan  terlihat masih kaku untuk menggoyangkan kakinya, namun setelah beberapa kali diulang-ulang akhirnya mereka mampu juga mengoperasionalkan mesin jahit secara baik, karena di Rumah Hutan tidak tersedia aliran listrik, sehingga dalam mengoprasionalkan dengan secara manual.
                Untuk mendatangkan  pelatih,  Rumah Hutan mendatangkan pelatih dari Serang, seorang tutor atau pelatih yang biasa mengoprasionalkan mesin jahit, tidak ada buku panduan yang harus dipelajari, hanya tinggal melihat  dan mengaplikasikan  pada mesin jahit, tidak ada yang sulit kalau mereka mau belajar dan sungguh-sungguh untuk menekuninya. Untuk sementara waktu pelajaran belum pada pola  pembuatan baju atau celana, yang baru dipelajari adalah bagaimana cara memotong dan menjahit baju yang sobek.
                Rencana Program Rumah Hutan ke depan
                Ada rencana program Rumah Hutan  setelah hasil panen paliwija melimpah,  Rumah Hutan akan menciptakan pasar sendiri baik di lokasi Rumah Hutan maupun membeli/kontrak  kios di pasar Rau,  sehingga  diharapkan mampu menampung hasil bumi dari Rumah Hutan dan sekitarnya, dan bagi Warga belajar akan dilibatkan sebagai usaha mandiri bagi mereka, sesuai dengan Program yang dicanangkan oleh Dinas Pendidikan yaitu yang pertama adalah Program Keaksaraan Dasar yakni bagaimana Warga Belajar bisa membaca menulis dan berhitung, maka program berikutnya adalah Keaksaraan Usaha Mandiri dengan program KUM ini Warga Belajar mampu berwirausaha, dan program selanjutnya adalah Program Keluarga Mandiri, semoga saja segala usaha yang disertai do’a mendapatkan kemudahan dan karidhoan dari yang Maha Kuasa, sehingga bangsa kita akan terlepas dari jeratan kemiskinan dan kebodohan sebagai musuh bersama yang harus diperangi.(by.bang Ros).  


    Salah seorang peserta didik sedang belajar menjahit, sebagai keterampilan  yang dikembangakan di Rumah Hutan, disamping pertanian dan peternakan

    PENCANGAN PEMBERANTAS BUTA AKSARA DI RUMAH HUTAN



                Pada pertengan bulan November  2009, Ibu  Ellah Yulaelawati, M.A, Ph.D, Dirjen Pendidikan Masyarakat Departemen Pendidikan Nasional bersama rombongan mengunjungi Rumah Hutan, kunjungan ke RH  adalah dalam rangka pencanangan secara nasional gerakan pemberantasan buta aksara, dalam kesempatan itu harir pula Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Banten,Bapak Eko Endang Koswara, Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Serang, Drs.H.Hafidi, ZA,MM, A Kosasih Asisten Daerah I Kota Serang dan undangan  diantaranya dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Serang, Para Warga Belajar, PKBM-PKBM se Kota Serang,  dan beberapa organisasi kemasyarakatan dan pemuda baik dari kecamatan maupun dari Kota Serang.
                Pada acara tersebut yang di rancang sangat sederhana dengan jamuan ala Rumah Hutan yaitu jagung bakar, singkong bakar, dan minumnya kelapa muda, ada juga durian, di sampng itu pula beberapa Warga Belajar dari tujuh kelompok, masing-masing kelompok membuat kerajinan  berupa kueh-kueh khas kampung Bojong dan Cilandak.
                Rombongan dari Departemen Pendidikan Nasinal dan dari Dinas Pendidikan Kota Serang datang  ke Rumah Hutan sekitar pukul 10.15, di mana seluruh kendaraan rombongan di parkir di Kampung Cilandak, dari kampung Cilandak rombongan berjalan kaki menju RH, karena lokasi RH  tidak bisa masuk mobil, setibanya di  lokasi Ibu Dirjen dikalungi selendang merah oleh Panitia, cuaca waktu itu agak mendung tapi tidak turun hujan, sehingga  suasana agak sejuk dan segar dengan tiupan angin  gunung.
                Acara ini dipandu oleh  Pak Iip  Muhammad Arif sebagai pembawa acara dengan menggunakan pengeras suara yang aliri listrik dari jenset, karena di RH  tidak ada  listrik, karena memang jauh dari jalan raya,  dan memang konsep RH ini hunian tanpa listrik,sehingga kalau malam tiba suasana menjadi hening dan sunyi, hanya suara kicauan burung yang hendak tidur dan pada malam hari ada suara-suara burung, seperti burung hantu dan lain-lain, menambah suasana semakin mencekam dengan kegelapan, namun walaupun demikian jika tiba malam purnama, suasana menjadi lain, bayangan hitam dari pohon-pohon karena gelapnya  malam menjadi terang benderang, kalau pada jaman dulu di kampung  jika ada terang bulan tiba anak-anak kampung pada main di halaman rumah, berlarian dan sorak  sorai suara anak-anak, namun anak-anak sekarang tidak lagi mengenal  ada bulan purnama atau tidak biasa saja, karena sejak malam mulai tiba, semua anak-anak sudah dihadapkan dengan  pesawat televisi, menonton Sinetron atau lawakan di televisi.
                Sambutan yang pertama di berikan kepada kepala Dinas Pendidikan Kota Serang, dalam sambutannya Bapak kepala Dinas Bapak Hafidi mengatakan bahwa: ”Program keaksaraan  merupakan program yang harus terus dilaksanakan karena masih  banyak rakyat yang  masih belum bisa baca tulis, kalau ada anggota Dewan yang mengatakan bahwa program ini adalah program main-main dan tidak  penting itu karena mereka belum memahami tentang kondisi masyarakat, yang seharusnya mereka lebih memahami tentang kondisi masyarakat riildi bawah, karena pemelihan anggota dewan sekarang dipilih langsung oleh rakyat”.
                Sambutan yang kedua adalah dari Asda I Kota Serang  yaitu Bapak A.Kosasih, ia sangat menyambut baik dengan adanya program Rumah Hutan ini, karena program ini sangat membantu terhadap masyarakat, bukan saja terhadap lokasi sekitar, namun menjadi inspirasi buat masyarakat secara luas, dan mengenai kondisi jalan yang menuju Rumah Hutan yaitu Kampung Cilandak beliau mengatakan akan mengalokasikan pada anggaran 2010 untuk dibangun.
                Sebelum berlanjut pada sambutan Ibu Dirjen acara diselingi oleh membacaan puisi  karya Bapak Liem Oei Ping, yang dibacakan dengan baik oleh Toto S Radik, seorang seniman yang bekerja di Dinas Pariwisata Kota Serang. Puisi yang dibacakan oleh Toto adalah puisi yang berjudul Do’a anak cucu, yang menggambarkan kisah kehidupan masa depan anak bangsa, atas kelestarian  kampung halaman. Setelah pembacaan Puisi Ibu Dirjen di ajak ke atas posko dan melihat  keadaan  Rumah Hutan dari ketinggian, sehingga terlihat sekitar lokasi pegunungan yang mengitari dan pemandangan yang indah dengan pepohonan yang hijau, setelah turun dari Posko barulah Ibu Dirjen dipersilahkan untuk memberikan sambutan.     
                Dalam sambutannya Ibu Dirjen mengatakan bahwa : ” Program Buta Aksara ini harus terus dilanjutkan karena di Jerman saja yang negaranya  maju program semacam ini masih di kerjakan, tentunya buta aksara yang mereka maksud adalah bukan buta aksara seperti di Indonesia yang difokuskan pada masyarakat yang tidak bisa baca dan nulis, melainkan buta aksara tehnologi, dan kalau program Keaksaraan Fungsional  setelah habis programnya jangan lantas Warga Belajar ditinggalkan harus terus di bina, karena kalau mereka tidak dibina lagi, maka tidak menutup kemugkinan mereka bisa buta aksara lagi, jagi setelah program Keaksaraan Fungsional berakhir, maka program selanjutnya adalah program Keaksaraan Usaha Mandiri, Keaksaraan Keluarga dan  seterusnya.
                Setelah Ibu  Dirjen memberikan sambutan,   acara dilanjutkan dengan menabuh kentongan yang di dampingi oleh yang lainnya dan dilanjutkan   penandatangan  komitmen tentang  Pemberantasan Buta Aksara oleh Ibu Dirjen, Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dan Kota serta Asda I Kota Serang dan di ikuti oleh beberapa unsur Muspika kecamatan Taktakan, lalu acara di lanjutkan dengan  melihat-lihat hasil kerajinan yang  telah dibuat  oleh Warga Belajar binaan LPM Rumah Hutan yaitu membuatan Kueh dan kerajinan lainnya seperti pembuatan emping melinjo dan  pembuatan atap welit dari daun embulung. Setelah itu acara dilanjutkan dengan makan siang bersama dengan diiringi musik bendrong, cuaca waktu agak terang namun sedikit mendung, setelah makan bersama Ibu Dirjen dan Rombongan meninggalkan acara dengan di dampingi oleh panitia, di tengah perjalanan pulang  pak Eko kepala Dinas Pendidikan Provinsi selalu berkelakar, sehingga perjalanan tidak terasa cape dan capat sampai datang ke mobil yang menunggu di kampung Cilandak, ditengah perjalanan pulang hujan gerimis turun, namun tidak terlalu lama.
                Pagi Panitia dan pengelola Rumah Hutan acara ini begitu mengesankan dan memberikan dampak bagi lingkungan sekitar,dimana sebelumnya Rumah Hutan pernah dikunjungi oleh bapak Walikota Serang, dan sekarang di kunjungi oleh Ibu Dirjen dari Jakarta,  semoga saja Rumah Hutan terus mengibarkan benderanya demi kemajuan Bangsa dan Negara. 

     
    Ibu Dirjen pakai topi dan selendang  merah,foto bersama dengan bapak Oman Sholihin  dan dari pengurus PKBM Permadani saat mengunjungi beberapa Stan karya Warga Belajar binaan  PKBM Rumah  Hutan

    PEKERJAAN SAYA DI LADANG DAN DI RUMAH


                 Suksesnya karir seorang suami  dipengaruhi juga oleh dukungan dari seorang istri, ibarat sayap burung yang bisa terbang lepas ke angkasa, itu karena sayapnya sempura, begitu juga dengan pesawat terbang  yang bisa mengelilingi dunia, itupun karena pesawat terbang mempunyai sayap yang sempurna. Begitupun dengan sebuah keluarga yang harmonis, antara suami dan istri saling menopang, ia bisa mengelilingi samudera kehidupan, badai topan  dan badai lautan samudra mampu dilintasi dengan baik. karena sayap keluarga berkibar dengan sempurna antara suami dan istri sejalan seiring dan seirama.

                Misbak  nama seorang lelaki setengah baya yang mengelola dan menunggu Rumah Hutan, ditengah kesunyian hutan  yang terkadang kalau tengah malam gulita suka ada babi hutan yang menghampirinya, atas keberaniannya  ia tetap tabah  dan sabar menunggu di Rumah Hutan, terlebih sekarang sudah 3 tahun  berjalan  pohon-pohon palawija sudah menghasilkan, dari pohon pisang, duren, padi darat, jagung, cabe dan lain-lain, juga ada ternak seperti ayam dan kambing, menambah betah saja pak Misbak menunggu  Rumah Hutan, terlebih seluruh tanaman yang ada di Rumah Hutan adalah miliknya.     
                Ibu Supriah  itulah nama istri pak Misbak yang selalu setia mendampingi di Rumah Hutan, namun rumahnya yang ada di kampung masih dirawat dengan baik,walau terkadang ia harus menginap di Rumah Hutan, karena selama berdirinya Rumah Hutan sang  Suami selalu menginap di Rumah Hutan, yang sudah menjadi Rumah ke duanya.
                Ibu Supriah yang dikaruniai anak 7 (tujuh) orang  ini, kesehariannya mengurusi rumahnya yang ada di kampung dan tiap pagi pergi ke Rumah Hutan, menemani sang suami bekerja, semuan anak-anaknya yang tinggal  5 (lima) orang yang ikut dengan dia, karena yang 2 (dua) orang sudah berumah tangga dan sudah bekerja di Jakarta. Idealnya memang konsep Rumah Hutan ini dihuni oleh satu keluarga yang berkerja full di ladang, namun karena mereka punya rumah di kampung jadi masih  pulang pergi ke kampung dan Rumah Hutan, walaupun sekarang keluarga  Pak Misbak sudah sering tinggal di RH.
                Kampung Ibu Supriah, namanya kampung Serdang jarak dari RH sekitar kurang lebih 3 (tiga) Km, dan kalau  pergi ke RH harus jalan kaki dengan menaiki bukit lembah dan ada sungi kecil yang harus dilintasi, namun karena sudah terbiasa di lewati jarak tempuh bukanlah persoalan buat Ibu Supriah, terlebih sekarang sudah punya harta yang menghampar, ada padi yang sudah menghijau, pohon pisang yang dulu  pernah kena penyakit dan pada mati, kini  sudah mulai tumbuh subur dan menghijau,terlebih sekarang musin hujan,  tanaman sudah tidak kekurangan air dan baru satu minggu habis panen duren, semakin tambah semangat saja untuk bekerja di ladang. Demi kesejahteraan keluarga dan menyongsong masa depan lebih cerah.  (by. Kang Ros)


    Dok.bang Ros
    Ibu Supriah, yang setia menemani suaminya diladang, sedang membersihkan rumput yang ada di tanaman padi darat, ”sebentar lagi  akan panen sekitar 2 bulan lagi”  katanya sambil tersenyum  (foto di ambil pada tanggal 28/1/2010)





    Dok. Bang Ros
    Misbak suami bu Supriah yang rajin bekerja di ladang Rumah Hutan, kini tanamannya menjadi subur dan bagus  yang luasnya sekitar + 2 Hektar


    Dok. Omah
    Ketua LPM Rumah Hutan Rosadi Pribadi, saat mengunjungi beberapa centra pertanian di sekitar Rumah Hutan, kamis, 28/01/10 kini Rumah Hutan bertambah luasnya 1 hektar, yang sebelumnya hanya 2 hektar

    Jumat, 29 Oktober 2010

    KETUA PKBM PEMUDA



    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) PEMUDA yang beralamat di Jalan Empat Lima Kampung Cikentang Desa Sayar Kecamatan Taktakan Kota Serang, merupakan PKBM dengan segudang kegiatan, dari kegiatan pengajian anak-anak sampai kegiatan paket B dan C, juga ada pelatihan/kursus menjahit, hal ini tidak terlepas dari seorang sosok Muhtadi seorang pemuda yang lahir di Cikentang, 27 Agustus 1980.

    Sebagai putra desa Sayar yang dianugrahi alam begitu indah dan mempesona dikelilingi oleh pegunungan dan hamparan sawah yang luas membuat mata menjadi sejuk ketika menatap lepas jauh kearah luar dari kantor PKBM Pemuda, para petani yang sedang membajak sawah dengan kerbaunya dan Ibu-ibu sedang mengambil bibit padi untuk ditanam, ada juga bapak-bapak petani sedang memperbaiki galengan sawah, siang itu udara agak mendung dan redup dengan tiupan semilir angin pegunungan serasa halus menusuk relung kulit ke sum sum, sayup sayup terdengan suara kambing anak gembala, ayam kampung berkeliaran di halaman rumah yang agak becek, bertanda semalam habis turun hujan yang begitu lebat.

    Muhtadi yang gemar menulis dan menyenangi warna biru itu, setiap hari memikirkan kegiatan untuk masyarakat yang ada di kampungnya, bergelut dengan kegiatan kemasyarakatan dengan tanpa mengenal lelah demi kemajuan kampung halaman yang sangat dia cintai.

    Ketika RH datang mengunjungi PKBM nya, suasana waktu itu sedang tidak ada kegiatan, sehingga leluasa untuk berbincang-bincang lepas, membicarakan tentang kegiatan di PKBM, nampak terlihat lantai rumah begitu bersih dan licin bertanda tempat itu banyak dikunjungi oleh para Warga Belajar yang menuntut ilmu, walaupun keadaan serba darurat namun nampak waith boar dan foto-foto kegiatan Warga Belajar sedang menulis sambil duduk di lantai ada juga yang sambil tengkurep di dampingi oleh anak-anak yang ikut juga belajar. Di ruang tengah nampak 2 (dua) mesin jahit sebagai sarana latihan bagi Warga Belajar.

    Muhtadi yang sering dipanggil kang Muh ini sangat mengidolakan tokoh Nasional yaitu Gusdur, alasannya Gusdur adalah tokoh yang sangat pluralis dan sangat menghormati perbedaan dan sangat enteng menghadapi persoalan, juga sangat humoris.

    Terima kasih Kang Muh, teruskan perjuangan semoga sukses selalu dalam mejalankan tugas... (by. Kang Ros)




























    PROFIL

    KETUA PKBM AL-AZIZIYAH

    H. BUSTOMI




    Kang Haji Tomi itulah teman-temannya sering memanggilnya, nama lengkapnya adalah H.Bustomi, disela-sela kesibukan kesehariannya sebagai pengusaha ia masih sempat untuk mengurusi pendidikan non Formal yang mencakup Kejar paket B dan C juga melaksanakan Keaksaraan dasar dan lanjutan.


    Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Al-Aziziyah yang berlokasi di Kampung Terangganan Rt. 08/02 Desa Terumbu Kecamatan Kasemen merupakan satu-satunya PKBM yang ada di Desa Terumbu, sehingga masyarakat berharap banyak terhadap keberadaannya bisa membantu masyarakat, terutama bagi Warga Belajar.


    Suami dari Eti Rohayati ini orangnya sangat mudah bergaul dan humoris sehingga dengan teman-teman yang baru di kenalnya cepat akrab, sehingga kalau berdiskusi dengan kang Haji Tomi cepat nyambung dan cair, hal ini terlihat ketika rombongan PKBM mengadakan kunjungan kerja ke Jogjakarta yaitu ke PKBM Pioneer yang ada di Karang Anyar Surakarta-Solo. PKBM Pioneer merupakan PKBM yang cukup bagus perkembangannya dengan melaksanakan beberapa kegiatan, seperti : Kursus Komputer,menjahit, elektronik dan lain-lain dan yang lebi penting lagi buat PKBM adalah mampu menghidupi sendiri dalam kegiatannya, dengan berbagai usaha, PKBM Pioneer melakukan usaha dibidang, Advokasi Hukum, kerajinan tangan, vidio Shoting dan lain-lain.


    H.Bustomi yang di karuniai 4 (empat) orang anak ini yaitu Hudullah, Ikromah, Ifrohah dan Bahiji, kang Haji Tomi sangat perhatian dan penuh kasih sayang, sehingga kalau anak-anaknya tidak belajar kang Haji selalu menegur dan mengingatkannya, apalagi kalau waktu sholat ia sangat keras sekali untuk melaksanakan sholat lima waktu, sehingga beliau dihadapan anak-anak dan masyarakat cukup berwibawa.


    Ada hal yang lucu dengan pribadi kang haji Tomi, saat mengunjungi candi Borobudur, waktu itu hujan sangat lebat sekali, sehingga semua pengunjung menyewa payung agar tidak kehujanan, ketika teman-temannya ingin berfoto bareng bersama beliau, ia yang pertama kali mempunyai ide lempar payung. ” Cepat-cepat foto-foto disini...lempar payungnya....” kata kang haji kalau mau berfoto bareng, ada salah seorang temen yang payung tidak bisa dilipat, sehingga ketika di lempar, payungnya melar kembali, sehingga teman-teman mentertawakan payung yang melar tadi, ada aja memang hal-hal lucu dalam kebersamaan, sehingga ketika menaiki tangga Candi Borobudur tidak terasa cape, kerena penuh canda tawa, terlebih kalau waktu di foto semuanya bergaya seperti foto model. Ada saja ulah kang haji Tomi agar teman-temannya bisa tertawa. Selamat kang Haji semoga sukses selalu...






    PROFIL KETUA

    PKBM ”AL-HIDAYAH”

    Muhammad Udju


    Usianya memang tidak muda lagi, sudah kepala lima, namun semangat dan pengabdiannya terhadap dunia pendidikan tidak pernah pudar, membuat pak Udju, panggilan Muhammad Udju ini masih tampak sehat dan segar, badannya yang ramping dan rambutnya yang sudah mulai memutih, tiap padi sebelum berangkat ke Sekolah SD III Cipete Kecamatan Curug, ia masih menyempatkan ke kebun yang dekat rumahnya, mencangkul dan membabat lahan adalah pekerjaan tiap pagi, ” Saya kalau tidak ke Kebun sehari saja, kaya ada sesuatu yang belum kerjakan” Akunya kepada redaksi Rumah Hutan, saat mewancarai beliau di Sekolah Dasar III Cipete Curug Kota Serang. Disela-sela kesibukannya mengajar murid-murid SD, pak Uju masih sempat-sempatnya mengurusi kerjaan sekolah Non Formal, yaitu kejar paket B dan C, walaupun ruang kelas masih pinjam ke Sekolah Dasar, namun niat dan kerja yang ikhlas dari beliau, membuahkan hasil yang luar biasa terhadap anak-anak didiknya di kejar paket. Disamping itu pula ada Taman Bacaan Masyarakat yang ia kelola, walaupun bukunya belum terlalu banyak tapi dapat membantu masyarakat sekitar kediamannya.

    Pak Udju yang tinggal di desa Sukalaksana Kecamatan Curug ini, punya cita-cita terhadap kampung halamannya, ”agar masyarakat di kampung mampu hidup mandiri dan beradaptasi dengan lingkungan, karena perkembangan Kota Serang akan berdampak buruk, kalau masyarakatnya tidak mampu beradaptasi, dan kondisi perkotaan merupakan sesuatu yang memaksa kepada masyarakat untuk mampu hidup dengan gaya kota tentunya perekonomian pedesaan akan berubah dengan iklim perkotaan bercirikan pada perdagangan dan jasa. Lahan pertanian yang semakin sempit, tidak akan mampu di pertahankan, dan sekarang saja banyak orang-orang Kota Serang yang sudah beli lahan di kampung untuk mendirikan bangunan rumah” Cerita pak Udju dengan semangat.

    Pak Udju yang dikaruniai empat orang anak ini, sangat menyayangi anak-anak muridnya, tidak ada rasa kesal dalam hatinya ketika anak-anaknya bandel, dengan


    PROFIL

    PKBM ”INSAN MADANI”

    Ketua : Humaedi Ismail A.Ma.Pd




    Kegiatan Belajar Masyarakat ” Insan Madani ” tidak terlepas dari peran serta Humaedi Ismail A.Ma.Pd, sebagai Ketua, adapun secara organisasi PKBM Insan Madani di bawah naungan Yayasan Al-Istito’ah Banten yang beralamat di Jalan 45 Sepring Desa Pancur Kecamatan Taktakan Kota Serang, susunan organisasi PKBM ”Insan Madani” sebagai berikut :

    Penggung Jawab : Kepala UPTD Kec.Taktakan

    Pembinaa Teknis : Penilik PNF Kecamatan

    Penesehat : Mashudi Aswat, S.Ag, M.Pd


    Ketua : Humaedi Ismail A.Ma. Pd

    Wakil ketua : Ahmad Busron

    Sekretaris : Saeful Baeturrahman

    Bendahara : Jumyati
    Kordinator Bidang :

    Pendidikan Kesataraan : Hayum S.Pd.I

    Pendidikan Keaksaraan : Titi Suryanti A.Ma. Pd

    Taman Bacaan Masyarakat : Mumu M

    Pendidikan Kursus : Fahmi Hidayat A.Ma. Pd

    Pemberdayaan Permpuan : Sumaenah

    Pendidkan Anak Usia Dini : Atikah A.Ma Pd


    Ø Visi PKBM Insan Madani

    Beriman & Bertaqwa, Berkualitas, Terampil, Mandiri, Profesional, Berakhlak Mulia.



    Ø Misi PKBM Insan Madani

    1. Mewujudkan Insan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT

    2. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

    3. Menyiapkan peran serta didik memiliki pengetahuan, keterampilan life Skills dalam upaya membangun kemandirian dan pemberdayaan masyarakat

    4. Mandiri profesional agar berdaya saing tinggi serta membuka lapangan kerja baru

    5. Mewujudkan masyarakat mandiri, dan berahlak mulia


    PROGRAM KEGIATAN PKBM INSAN MADANI


    1. Rekapitulasi Data dan Kegiatan PAUD Insan Madani
    2. Kegiatan Program Pendidikan Kesetaraan
    3. Penyelenggaraan Kursus Komputer
    4. Program Kegiatan Pendidikan Keaksaraan Fungsional
    5. Program Kerja Pemberdayaan Perempuan


    A.1. Rekapitulasi Data Dan Kegiatan PAUD Insan Madani : Total Tutor berjumlah orang dan Warga Belajar berumlah 21 Warga Belajar.



    B. 1. Kegiatan Program Pendidikan Kesetaraan : Data Tutor berjumlah 11 orang sedangkan Warga Belajar berjumlah 64 Warga Belajar.



    C.1 Penyelenggaraan Kursus Komputer

    • Gambaran Umum Kegiatan

    1. Dasar – dasar pengoperasian Microsoft Windows.

    2. Pengoperasian program Microsoft Office, meliputi :Microsoft Word dan Microsoft excel

    • Tutor = 5 Orang dan Jadwal Pelaksanaan = 1 minggu 2 kali @ 120 Menit


    D.1. Program Kegiatan Pendidikan Keaksaraan Fungsional

    Warga belajar ini nantinya akan dikelompokan dan satu kelompok sebanyak 10 Orang, dengan kapasitas lama belajar selama 6 bulan dengan 2 kali pertemuan perminggu


    E.1. Program Kerja Pemberdayaan Perempuan

    Pemberdayaannya Pendidikan kecakapan hidup yang bermanfaat bagi mereka sakarang dan nanti.